Kamis, 14 Mei 2015

PAPEDA

 Papeda, Makanan khas utama orang Maluku, yang terbuat dari bubur sagu yang biasanya disajikan dengan ikan kuah kuning. Papeda  memiliki tekstur yang lengket seperti lem dan rasanya tawar. Papeda sebaiknya disantap saat masih panas. Cara menyantapnya pun cukup unik, yaitu dengan tidak menggunakan sendok melainkan langsung diserup(isap) dari piringnya.





BIOGRAFI KAPITAN PATTIMURA





Biografi Kapitan Pattimura - Pahlawan Nasional dari Maluku

Nama Lengkap : Kapitan Pattimura
Nama Asli: Thomas Matulessy
Tanggal Lahir: Negeri Haria, Pulau Saparua-Maluku, tahun 1783
Meninggal: Benteng Victoria, Ambon, 16 Desember 1817
Karir Militer:Mantan Sersan Militer Inggris

Kapitan Pattimura yang bernama asli Thomas Matulessy, ini lahir di Negeri Haria, Saparua, Maluku tahun1783. Perlawanannya terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparuaselama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut jiwanya. 
Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan keteguhannya yang tidak mau kompromi denganBelanda. Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau bersedia bekerjasama sebagai syarat untukmelepaskannya dari hukuman gantung tidak pernah menggodanya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagaiPutra Kesuma Bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali rahim ibu yang melahirkannya. Dalam sejarah pendudukan bangsa-bangsa eropa di Nusantara, banyak wilayah Indonesia yang pernahdikuasai oleh dua negara kolonial secara bergantian. Terkadang perpindahtanganan penguasaan dari satu negara kenegara lainnya itu malah kadang secara resmi dilakukan, tanpa perebutan. 
Demikianlah wilayah Maluku, daerah ini pernah dikuasai oleh bangsa Belanda kemudian berganti dikuasai oleh bangsa Inggris dan kembali lagi oleh Belanda.Thomas Matulessy sendiri pernah mengalami pergantian penguasaan itu. Pada tahun 1798, wilayah Malukuyang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan Inggris. Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas militer Inggris dan terakhir berpangkat Sersan. Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, tepatnya pada tahun 1816, Belanda kembali lagi berkuasa. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat merembet ke daerah lainnya diseluruh Maluku. Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, iapun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa tdrjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg. Pasukan Belanda yang dikirim kemudian untuk merebut kembali benteng itu juga dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan benteng tersebut berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur. Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya. Akhirnya dia diadili di Pengadilan kolonial Belanda dan hukuman gantung pun dijatuhkan kepadanya.Walaupun begitu, Belanda masih berharap Pattimura masih mau berobah sikap dengan bersedia bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Victoria, Ambon pada tanggal 16 Desember 1817, eksekusi pun dilakukan.

Kapitan Pattimura gugur sebagai Pahlawan Nasional. Dari perjuangannya dia meninggalkan pesan tersiratkepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini. 


Rabu, 11 Februari 2015

Ragam Pakian Adat Maluku (Lease)



Kebaya Putih Tangan Panjang
Jenis pakaian dari bahan brokat berwarna putih ini dahulunya dikenakan oleh wanita-wanita dari kalangan keluarga kerajaan, guru, dan pendeta. Sebagai pelengkap ditambahkan pula kancing pada bagian tangan kebaya dan juga kancing peniti emas disertai dengan cole atau baju dalam dengan panjang lengan sebatas siku yang diberi renda pada bagian atasnya. Cole ini dibuat dari kain berwarna putih dengan kancing dibagian depan dan hiasan belakang berupa bordir. Selain itu ditambahkan pula penggunaan kaos kaki putih dan cenela yang dihiasi dengan motif kembang berwarna emas sebagai alas kaki serta sanggul berbentuk bulan dibagian kepala yang diperkuat dengan tusuk konde yang disebut karkupeng. 

Kebaya Hitam Gereja
Kebaya hitam gereja terdiri dari kebaya berlengan panjang yang dibuat dari bahan brokat hitam serta kain sarung dari jenis brokat yang sama. Penggunaan pakaian ini biasanya dipadukan dengan kaos kaki putih dan cenela hitam, sapu tangan berenda atau lenso berwarna putih, serta sanggul bulan yang diperkuat denan haspel atau tusuk konde yang yang terbuat dari emas atau perak.



Baniang putih merupakan pakaian yang bentuknya menyerupai kemeja dengan bagian leher berbentuk bundar dan diberi kancing putih. Baniang putih biasa dipakai dibagian dalam pakaian lelaki.


Tradisi Berpakain Orang Maluku




Seperti daerah lain di Indonesia, masyarakat Maluku juga memiliki pakaian adat tradisional yang terkenal dengan motif garis-garis geometri atau kotak-kotak kecil yang diperoleh dari anyaman benang beraneka ragam seperti warna merah, coklat, marun, dan sebagainya. Dalam tradisi masyarakat Maluku, pada umumnya pakaian adat hanya digunakan untuk menghadiri acara-acara tertentu seperti pernikahan, upacara adat dan lain-lain. 

Tapi secara umum ada 21 tradisi cara berpakaian orang Maluku yang disesuaikan dengan waktu, acara, atau peristiwa;
antara lain :

-          Cara berpakaian khusus untuk beribadah, atau Pakaing Ibadah”.
-          Cara berpakaian khusus untuk masuk Pesta, atau “Pakiang Pesta”
-          Cara berpakaian khusus untuk acara adat, atau “Pakiang Adat”
-          Cara berpakaian khusus pergi ke Pasar, atau “Pakiang Pasar”
-          Cara berpakaian khusus pergi ke Kebun, atau “Pakiang Kabong”
-          Cara berpakaian khusus pergi ke Laut, atau “Pakiang Mancari di Laut”]
-          Cara berpakaian khusus untuk berperang, atau “Pakiang Parang”
-          Cara berpakaian khusus untuk acara berduka, atau “Pakiang pi Orang Mati”
-          Cara berpakaian khusus untuk orang Kawin, atau “Pakiang Orang Kaweng”
-          Cara berpakaian khusus bagi tokoh-tokoh masyarakat, atau “Pakiang Orang Basar”
-          Dll

Sudah barang tentu dari jenis pakaian-pakaian tersebut, dalam mengatur cara pakainya pun, sejak dahulu telah diatur bedasarkan bentuk, warna, desain model pakaiannya, yang tentunya punya sejumlah makna tersendiri. Ambil misal :
-      Khusus untuk ke acara orang berduka, diharuskan memakai warna hitam, atau warna gelap, dan dilarang keras memakai pakaian yang berwarna merah.
-     Begitupun dengan bentuk baju-baju khas orang Maluku, terkesan begitu longgar dibadan, karena hakekatnya telah tertanam nilai-nilai dasar dari karakter orang Maluku yang spontan dalam berperilaku, agresif,  kekar, keras, dan responsif, sehingga membutuhkan bentuk desain baju yang harusnya lebih besar dari bentuk badan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari baju khusus pergi pasar, yaitu baju cele tradisional, yang bermotif kotak-kotak, dan bentuknya lebih besar dari bentuk badan orang perempuan pada umumnya.

-      Atau ada yang berbeda antara baju “Kebaya Dangsa”  dengan “Tumiang”; artinya Kabaya Dangsa seperti blazer dari bagian luar busana ini, dan baju dalamnya yaitu Baniang berwarna putih yang memakai kancing baju dari uang logam atau dari butiran mutiara, sebagai salah satu pakaian pesta yang tentu pula berbeda sekali bentuknya dengan Baju Tumiang. Dikarenakan baju Tumiang hampir mirip dengan Kebaya Dangsa, tetapi pada busana dalamnya itu memakai renda-renda. Sehingga baju Tumiang ini, diakui oleh generasi terdahulu berasal dari budaya orang Sulawesi yang turut berpengaruh pada cara berpakaian budaya orang Maluku pada umumnya.(anc)

Kalawai




Orang Maluku pasti tak asing dengan senjata tradisional mereka, yaitu kalawai. Kata kalawai juga pernah disyairkan dalam lagu Bulan Pake Payong, dalam syairnya;

Bulan pake payong tuturuga batalor
Nona dari ambon datang kaweng di kantor
Kaweng bae bae, jangan laki bakalai
kalo laki bakalai tikam dia deng kalawai
ole sio… sio… sayang ee.........

Kata kalawai berasal dari bahasa daerah Maluku, khususnya daerah Maluku Tengah (Pulau Seram, Ambon, Saparua, Haruku, Nusalaut, Buru dll). Kata kalawai berasal dari dua suku kata, yaknikala dan wai. Kala memiliki arti tikam sementara wai memiliki arti air. Sehingga secara harfiah kata “kalawai” berarti menikam air.

Kalawai merupakan salah satu senjata tajam khas daerah Maluku. Dari segi fisik, kalawai hampir mirip seperti tombak namun bentuk kalawai sendiri biasanya pegangannya terbuat dari bambu. Ujung bambu tersebut kemudian di beri besi tajam. Besi tersebut harus lebih dari satu, dan di ikat melingkari bambu tersebut. biasanya besi kalawai terdiri dari besi-besi kecil ukuran 6 ml dan di asah sampai tajam.

Meski hampir mirip secara fisik dengan tombak, Kalawai memiliki fungsi yang berbeda dengan tombak. Para nelayan meggunakan kalawai di laut untuk mencari ikan. Nalayan tersebut menggunakannya di dalam air. Kalawai bisa juga digunakan di sungai sungai atau danau untuk menangkap hasil laut berupa ikan dan lain sebagainya.

Dengan pengertian secara harfiahnya yakni menikam air, maka jelas bahwa kalawai merupakan alat atau senjata tajam yang biasanya dipergunakan nelayan di dalam air untuk menangkap ikan, gurita, teripang dan lain-lain (anc).

Pantun Cinta Maluku



Nona Manis asal Paperu
Pandang pertama par abang Tulehu
Nyong dari muka dia paleng gaga 
Cuma sayang itu beta pung pela

Tatumbu mata di pesta dansa
baku krep sadap par suka
Nona manis dari Ihamahu
Seng bisa kaweng di Soahoku

Baku langgar di hari sabtu
takanal di hati par hari Minggu
Cinta batumbu di Kariuw
Seng bisa kaweng cowo ini asal Samahu

Pagi hari su putar lagu landoke 
Dorang biking baribut di ruma sabla
Ale memang abuleke 
Romantis tarus deng tunangang lama

Mangael ikang pake gosepa
pake nonae ikang kaluna
biar ada 1000 sama deng luna maya
sabiji areng-areng nona ambon saja 

Kartu exis kartu esia
kartu perdana ada pung pulsa
hubungi nona, beta takor di pulsa
seng apa2 jua, yang penting selalu setia.

Isap rokok bentol biru
ada yang menthol dingin rasanya
cuma chacha karudung biru
biking abang gugup amper mati gaya

Ujang tampias di tiris-tiris
Tamba garos sampe di poris
Cuma ale yang biking beta bisa manangis
akang pung rasa kayak hati tairis-iris
  
Ujung Mamala sampe di Hunimua
Cikar bajalang biking hosa
Ingat ale nona beta su biking dosa
kasih maaf beta biar sakali jua

Senin, 02 Februari 2015

Festival Martha Christina Tiahahu


Fesitival Martha Christina Tiahahu, merupakan sebuah festival yang dilaksanakan sebagai bentuk kecintaan terhadap Pahlawan Nasional Wanita asal Maluku, Martha Christina Tiahahu putri raja negeri Abubu, pulau Nusalaut. Festival ini mulai di gagas oleh Yayasan Parakletos, dan pertama kali diselenggarakan pada tanggal 30 Januari s/d 1 Februari 2015, sebagai salah satu program ekspedisi 1000 Pulau.
Festival ini melibatkan seluruh masyarakat dari ke tujuh negeri (Ameth, Akoon, Nalahia, Titaway, Abubu, Sila dan Leihitu) yang ada di pulau Nusalaut, dan dipusatkan di negeri Abubu tempat kelahiraan sang Srikandi.
Rangkaian kegiatannya antara lain : Book time (30 Januari) dengan membagikan buku kepada sebanyak 1.028 murid SD se-Pulau Nusalaut yang merupakan buku bantuan dari The Asia Foundation. Kemudian kunjungna objek wisata pada 31 Januari dan pada hari berikutnya, puncak festival adalah digelarnya prosesi dari Titawai ke Sila-Leinitu, penyambutan dengan tarian cakalele, dilanjutkan prosesi ke Nalahia, Ameth, Akoon dan berakhir di kampong halaman Martha Christina Tiahahu yakni Abubu. (anc)

Selasa, 27 Januari 2015

DESKRIPSI ACARA PROGRAMA 4 RRI AMBON

        

Daily Program
   
No
Nama Acara
Deskripsi
Format
Waktu
Durasi
1
Santapan Rohani
Sajian Penyegaran dan Penguatan Iman Umat yang berisikan Renungan dan lagu-lagu riligius
Uraian/Dialog
Minggu – Sabtu
(05.00 – 06.00)
60’
2
Ragam Info Pro 4
Ruang Informasi khas programa 4, menyajikan berbagai info terkait dengan human interest Issues, Buletin Berita dengan logat ambon, serta informasi berbagai agenda kegiatan kebudayaan dan pendidikan
Informasi
Minggu – Sabtu
(06.00 – 08.00)
120’
3
Walang Pro 4
Obrolan Pagi Pro 4 menyampaikan berbagai hal yang motivatif, edukatif dan solutif dari sudut pandang adat-budaya mengawali kesibukan rutinitas pendengar, sambil mengundang pendengar lewat jalur telp./SMS untuk menyampai berbagai hal terkait adat kebiasaan hidup orang Maluku
Obrolan
Senin – Sabtu
(08.00 – 09.00)
60’
4
Apresiasi Seni dan Budaya
Ruang Spesial Budaya, menyajikan keberagaman seni dan budaya nusantara
Feature
Senin – Sabtu
(09.00 – 10.00)
30’
5
Forum  Pro 4
Ruang khusus dialog/bincang-bincang, membahas berbagai aspek budaya dalam usaha menggali, melestarikan serta memberikan edukasi yang baik tentang adat budaya daerah Maluku. Melibatkan instansi terkait serta para pemerhati budaya dan masyarakat.
Dialog/Obrolan/MU/Info
Senin – Jumat
(10.00 – 11.00)
60’
6
Mangente
Ruang info wisata, mengangkat berbagai informasi tentang keberadaan dan perkembangan kepariwisataan daerah Maluku
Informasi
Senin – Jumat
(11.00 – 12.00)
60’
7
Aneka Etnik
Sajian ragam musik etnik berbagai daerah di Maluku
Musik/Info
Senin – Kamis
(12.00 – 13.00)
60’
8
DP2S
Sajian lagu-lagu pop Ambon menemani waktu istirahat siang pendengar
Musik/Hiburan
Minggu - Sabtu
(14.00 – 16.00)
60’
9
PUSTAKA (Pusat Pengetahuan Kebudayaan) Maluku
Ruang informasi dan edukasi tentang, Sejarah, peradaban, serta  adat kebiasaan hidup masyarakat Maluku setiap hari dalam segala aspek kehidupan guna  memupuk kesadaran pendengar akan pentingnya Mengenal, menjaga dan melestarikan berbagai warisan adat leluhur…
Obrolan/Info
Senin – Jumat
(16.00 – 17.00)
60’
10
Badendang Sore
Hiburan Sore lagu-lagu daerah
Musik
Senin – Jumat
(17.00 – 18.00)

11
Bastori
Obrolan malam Pro 4, mengangkat topik-topik ringan namun hangat dan selalu menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat
Obrolan
Senin – Sabtu
(19.00 – 20.00)
60’
12
Donci Malam
Sajian Lagu-lagu pop daerah menemani kebersamaan anda di malam hari
Musik/Hiburan
Senin – Jumat
(20.00 – 21.00)
60’
13
Mata Wana
Acara khusus menemani pendengar yang masih terjaga karena kerja ataupun kesibukan lainnya, dengan sajian hiburan dan kesempatan bercengkrama lewat telp., sms, atau melalui jalur2 layanan sosial lainnya.
Live/Phone-in
Senin – Jumat
(21.00 – 23.30)
160’
14
Suara Kapata
Sajian akhir Pro 4, menyajikan lagu, syair2, puisi, pantun daerah maluku, dll yang mengandung petuah2 bijak 
Variety
Senin – Jumat
(23.30 – 24.00)
30’

PROFIL PROGRAMA 4 RRI AMBON


1.
2.
3.



4.
5.
6.



7.


8.

9.


10.



11.











12.

13.

14.

15.





16.

Nama Saluran
Frekuensi
Alamat Kantor/Studio



Waktu Siar
Wilayah Layanan
Visi Programa


Misi Programa


Format Programa

Sebutan Programa (Programme Call/Station Call)

Semboyan Institusi
Pernyataan Programa (Posisioning Statement)

Profil Khalayak
a.       Aspek Usia


b.      Aspek Pendidikan


c.       Jenis Kelamin

d.      SES (status ekonomi social)


Gaya Hidup

Sapaan Pendengar

Pronomina Persona Orang Kedua

Klasifikasi dan Presentase Siaran





Musik

Programa 4 (Pro 4)
90.1 MHz
Jl. Jend. A. Yani No. 1 Ambon
Telp.                              Fax.
Web.
Email
19 Jam
Maluku
Membangun jati diri insani melaluli kearifan budaya lokal, mempertembal karakter bangsa melalui budaya nusantara.

Mengangkat, memperkenalkan serta melestarikan berbagai aspek budaya Maluku demi untuk memperkaya keberagaman budaya Nasional

Budaya

Pro 4 RRI Ambon

Sekali di Udara Tetap di Udara

Saluran Budaya Bumi Sribu Pulau


Pendengar Utama : 25 – 56 thn
Pendengar ke-1 : 56 thn ke atas
Pendengar ke-2 : < 25 thn
Pendengar Utama : SLTP – SLTA – S1
Pendengar ke-1 : S1 ke atas
Pendengar ke-2 : SD
Laki-laki :         %
Perempuan :         %
Pendengar Utama : B-C
Pendengar ke-1 : A
Pendengar ke-2 : D-E

Menengah ke atas

Basudara

Ale


Berita dan Informasi : 10%
Pendidikan dan Kebudayaan : 55%
Iklan/Yanmas : 5%
Hiburan/Musik : 30%


Lagu  Daerah
Lagu Daerah Lokal (pop dan etnik) : 75%
Lagu Daerah Nusantara (dalam acara tertentu) : 25%