Selasa, 27 Januari 2015

DESKRIPSI ACARA PROGRAMA 4 RRI AMBON

        

Daily Program
   
No
Nama Acara
Deskripsi
Format
Waktu
Durasi
1
Santapan Rohani
Sajian Penyegaran dan Penguatan Iman Umat yang berisikan Renungan dan lagu-lagu riligius
Uraian/Dialog
Minggu – Sabtu
(05.00 – 06.00)
60’
2
Ragam Info Pro 4
Ruang Informasi khas programa 4, menyajikan berbagai info terkait dengan human interest Issues, Buletin Berita dengan logat ambon, serta informasi berbagai agenda kegiatan kebudayaan dan pendidikan
Informasi
Minggu – Sabtu
(06.00 – 08.00)
120’
3
Walang Pro 4
Obrolan Pagi Pro 4 menyampaikan berbagai hal yang motivatif, edukatif dan solutif dari sudut pandang adat-budaya mengawali kesibukan rutinitas pendengar, sambil mengundang pendengar lewat jalur telp./SMS untuk menyampai berbagai hal terkait adat kebiasaan hidup orang Maluku
Obrolan
Senin – Sabtu
(08.00 – 09.00)
60’
4
Apresiasi Seni dan Budaya
Ruang Spesial Budaya, menyajikan keberagaman seni dan budaya nusantara
Feature
Senin – Sabtu
(09.00 – 10.00)
30’
5
Forum  Pro 4
Ruang khusus dialog/bincang-bincang, membahas berbagai aspek budaya dalam usaha menggali, melestarikan serta memberikan edukasi yang baik tentang adat budaya daerah Maluku. Melibatkan instansi terkait serta para pemerhati budaya dan masyarakat.
Dialog/Obrolan/MU/Info
Senin – Jumat
(10.00 – 11.00)
60’
6
Mangente
Ruang info wisata, mengangkat berbagai informasi tentang keberadaan dan perkembangan kepariwisataan daerah Maluku
Informasi
Senin – Jumat
(11.00 – 12.00)
60’
7
Aneka Etnik
Sajian ragam musik etnik berbagai daerah di Maluku
Musik/Info
Senin – Kamis
(12.00 – 13.00)
60’
8
DP2S
Sajian lagu-lagu pop Ambon menemani waktu istirahat siang pendengar
Musik/Hiburan
Minggu - Sabtu
(14.00 – 16.00)
60’
9
PUSTAKA (Pusat Pengetahuan Kebudayaan) Maluku
Ruang informasi dan edukasi tentang, Sejarah, peradaban, serta  adat kebiasaan hidup masyarakat Maluku setiap hari dalam segala aspek kehidupan guna  memupuk kesadaran pendengar akan pentingnya Mengenal, menjaga dan melestarikan berbagai warisan adat leluhur…
Obrolan/Info
Senin – Jumat
(16.00 – 17.00)
60’
10
Badendang Sore
Hiburan Sore lagu-lagu daerah
Musik
Senin – Jumat
(17.00 – 18.00)

11
Bastori
Obrolan malam Pro 4, mengangkat topik-topik ringan namun hangat dan selalu menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat
Obrolan
Senin – Sabtu
(19.00 – 20.00)
60’
12
Donci Malam
Sajian Lagu-lagu pop daerah menemani kebersamaan anda di malam hari
Musik/Hiburan
Senin – Jumat
(20.00 – 21.00)
60’
13
Mata Wana
Acara khusus menemani pendengar yang masih terjaga karena kerja ataupun kesibukan lainnya, dengan sajian hiburan dan kesempatan bercengkrama lewat telp., sms, atau melalui jalur2 layanan sosial lainnya.
Live/Phone-in
Senin – Jumat
(21.00 – 23.30)
160’
14
Suara Kapata
Sajian akhir Pro 4, menyajikan lagu, syair2, puisi, pantun daerah maluku, dll yang mengandung petuah2 bijak 
Variety
Senin – Jumat
(23.30 – 24.00)
30’

PROFIL PROGRAMA 4 RRI AMBON


1.
2.
3.



4.
5.
6.



7.


8.

9.


10.



11.











12.

13.

14.

15.





16.

Nama Saluran
Frekuensi
Alamat Kantor/Studio



Waktu Siar
Wilayah Layanan
Visi Programa


Misi Programa


Format Programa

Sebutan Programa (Programme Call/Station Call)

Semboyan Institusi
Pernyataan Programa (Posisioning Statement)

Profil Khalayak
a.       Aspek Usia


b.      Aspek Pendidikan


c.       Jenis Kelamin

d.      SES (status ekonomi social)


Gaya Hidup

Sapaan Pendengar

Pronomina Persona Orang Kedua

Klasifikasi dan Presentase Siaran





Musik

Programa 4 (Pro 4)
90.1 MHz
Jl. Jend. A. Yani No. 1 Ambon
Telp.                              Fax.
Web.
Email
19 Jam
Maluku
Membangun jati diri insani melaluli kearifan budaya lokal, mempertembal karakter bangsa melalui budaya nusantara.

Mengangkat, memperkenalkan serta melestarikan berbagai aspek budaya Maluku demi untuk memperkaya keberagaman budaya Nasional

Budaya

Pro 4 RRI Ambon

Sekali di Udara Tetap di Udara

Saluran Budaya Bumi Sribu Pulau


Pendengar Utama : 25 – 56 thn
Pendengar ke-1 : 56 thn ke atas
Pendengar ke-2 : < 25 thn
Pendengar Utama : SLTP – SLTA – S1
Pendengar ke-1 : S1 ke atas
Pendengar ke-2 : SD
Laki-laki :         %
Perempuan :         %
Pendengar Utama : B-C
Pendengar ke-1 : A
Pendengar ke-2 : D-E

Menengah ke atas

Basudara

Ale


Berita dan Informasi : 10%
Pendidikan dan Kebudayaan : 55%
Iklan/Yanmas : 5%
Hiburan/Musik : 30%


Lagu  Daerah
Lagu Daerah Lokal (pop dan etnik) : 75%
Lagu Daerah Nusantara (dalam acara tertentu) : 25%


Minggu, 18 Januari 2015

Tradisi MAKAN PATITA

Makan Patita, kata ini pasti tidak asing di telinga orang Maluku, karena pada hari-hari tertentu yang di anggap penting orang Maluku kerap menggelar budaya Makan Patita ini. Esensinya Makan Patita sendiri merupakan sebuah acara makan bersama dalam lingkup kekeluargaan yang hangat dengan menyuguhkan berbagai makanan dan masakan tradisional khas daerah mereka. Siapa pun yang hadir dalam acara Makan Patita itu boleh mencicipi segala makanan yang tersedia di situ dengan sesuka hatinya. Tradisi makan patita hingga saat ini masih terus dipelihara di kota dan di desa-desa di Provinsi Maluku. Desa Oma yang terletak di Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku juga masih kuat memegang tradisi budaya patita. 


Secara garis besar tradisi Makan Patita di Provinsi Maluku digelar dua kali dalam setahun yaitu makan patita negeri yang dilakukan setiap tanggal 2 Januari dan makan patita yang dilaksanakan setiap bulan Desember. Tapi, disamping tradisi rutin tiap yahun itu, di beberapa daerah di kota Ambon seperti di Desa Oma memiliki satu lagi tradisi makan patita yakni makan patita adat yang di gelar dan dilaksanakan hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Bisa setahun sekali, lima tahun sekali, bahkan bisa juga sampai 12 tahun sekali. Makan patita adat itu dilaksanakan secara sendiri-sendiri oleh empat aliran keturunan yang dalam bahasa adat Maluku disebut soa, yaitu Soa Pari, Soa Latuei, Soa Tuni dan Soa Raja. Masing-masing soa menentukan sendiri waktu pelaksanaan makan patita adat, dan penentuan waktu biasanya terjadi saat acara berbalas pantun di meja patita adat.

Setiap soa yang ada di Desa Oma merupakan kumpulan marga. Soa Pari merupakan kumpulan marga Kaihatu, Sekewael dan Ririasa. Soa Latuei merupakan kumpulan marga Uneputty, Patiata, Tohatta, Lesirollo dan Manusiwa. Soa Tuni merupakan kumpulan marga Haumahu, Hukom dan Wattimena, sedangkan Soa Raja terdiri dari marga Pattinama, Suripatty dan Patty. Ada juga dua marga dari Desa Oma yaitu Pattikawa dan Hetharia yang tidak mengikatkan diri ke dalam empat soa tersebut, namun mereka juga melakukan kebiasaan seperti empat soa yang lain. (anc)

TAHURI (Musik Kuli Bia)

Basudara, beragam peralatan musik tradisional telah dikenal, salah satunya yang banyak dikenal oleh masyarakat Maluku yang tinggal di pesisir pantai adalah TAHURI. Tahuri merupakan peralatan musik tiup yang unik, dari sebuah kerang yang jika ditiup bunyinya akan terdengar nyaring. Semakin kecil ukuran kerangnya, semakin nyaring bunyinya dan semakin besar kerangnya bunyinya pun semakin rendah.
Bila dilihat keistimewaan yang paling dominan dari tahuri adalah bahan dasar pembuatannya sendiri, yang 100% berasal dari alam. Kulit kerang yang dipakai dalam pembuatan tahuri biasanya berasal dari Saumlaki, Dobo, Kepulauan Aru dan Banda.  Pembuatan tahuri sendiri tidaklah rumit, dimana setalah kerang dicuci hingga bersih, kerang dilubangi dengan bor.
Untuk mendapatkan nada tertentu, tergantung dari besar kecilnya lubang yang dibuat dan besar kecilnya kerang yang digunakan. Kerang kecil akan menghasilkan nada tinggi atau nyaring. Sementara kerang besar akan menghasilkan nada rendah. Sejak dahulu alat musik Tahuri berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan tanda atau pesan kepada masyarakat. Salah satu contohnya ialah jika terdengar satu kali tiupan Tahuri menandakan ada warga yang meninggal dunia. Sementara untuk menyapaikan pemberitahuan kepada masyarakat maka mengawalinya tiupan tahuri akan diperdengarkan. Selain itu hampir seluruh tata cara adat memakai tahuri sebagai pembukaan atau penutupnya. Tahuri juga dimainkan untuk mengiringi tarian Cakalele. Sampai sekarang masih terlihat beberapa tata cara adat Maluku, yang masih menggunakan tahuri sebagai pembukaan atau penutup acaranya.. (anc)

RUMAH BAILEO

Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara. Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Rumah Baileo adalah identitas setiap negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja. Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga. Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain di sekitarnya.
Bentuk ornamen atau hiasan di rumah adat Beileo memiliki hubungan dengan adat istiadat dan kehidupan sehari-hari masyarakat Maluku. Negeri-negeri di Maluku memiliki arsitektur Baileo yang berbeda, namun fungsinya sama. Baileo dibuat dengan bahan yang kuat, dan dilengkapi dengan ornamen khas Maluku. Rumah Baileo tak berdinding, hal ini dimaksudkan agar roh nenek moyang dapat leluasa masuk dan keluar rumah Baileo. Rumah Baileo merupakan rumah panggung, yakni posisi lantainya berada di atas permukaan tanah. Lantai yang tinggi ini mempunyai makna bahwa agar roh-roh nenek moyang memilii tempat dan derajat yang tinggi dibandingkan masyarakat. Di rumah adat Baileo terdapat banyak ukiran dan ornamen yang bergambar dua ekor ayam yang berhadapan dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri dan kanan. Ukiran tersebut memiliki makna kedamaian dan kemakmuran. Ukiran tersebut dibuat dengan maksud roh nenek moyang yang menjaga kehidupan masyarakat. Ukiran lainnya adalah bulan,bintang, dan matahari yang berada di atap dengan warna merah, kuning, dan hitam. Ukiran tersebut bermakna kesiapan Baileo (sebagai balai) dalam menjaga keutuhan adat beserta hukum adatnya. (anc)