Seperti daerah lain di Indonesia, masyarakat
Maluku juga memiliki pakaian adat tradisional yang terkenal dengan motif
garis-garis geometri atau kotak-kotak kecil yang diperoleh dari anyaman benang
beraneka ragam seperti warna merah, coklat, marun, dan sebagainya. Dalam
tradisi masyarakat Maluku, pada umumnya pakaian adat hanya digunakan untuk
menghadiri acara-acara tertentu seperti pernikahan, upacara adat dan lain-lain.
Tapi secara umum ada 21 tradisi cara berpakaian orang Maluku yang disesuaikan
dengan waktu, acara, atau peristiwa;
antara lain :
- Cara
berpakaian khusus untuk beribadah, atau “Pakaing Ibadah”.
- Cara
berpakaian khusus untuk masuk Pesta, atau “Pakiang Pesta”
- Cara
berpakaian khusus untuk acara adat, atau “Pakiang Adat”
- Cara
berpakaian khusus pergi ke Pasar, atau “Pakiang Pasar”
- Cara
berpakaian khusus pergi ke Kebun, atau “Pakiang Kabong”
- Cara
berpakaian khusus pergi ke Laut, atau “Pakiang Mancari di Laut”]
- Cara
berpakaian khusus untuk berperang, atau “Pakiang Parang”
- Cara
berpakaian khusus untuk acara berduka, atau “Pakiang pi Orang Mati”
- Cara
berpakaian khusus untuk orang Kawin, atau “Pakiang Orang Kaweng”
- Cara
berpakaian khusus bagi tokoh-tokoh masyarakat, atau “Pakiang
Orang Basar”
- Dll
Sudah barang tentu dari
jenis pakaian-pakaian tersebut, dalam mengatur cara pakainya pun, sejak dahulu
telah diatur bedasarkan bentuk, warna, desain model pakaiannya, yang tentunya
punya sejumlah makna tersendiri. Ambil misal :
- Khusus
untuk ke acara orang berduka, diharuskan memakai warna hitam, atau warna gelap,
dan dilarang keras memakai pakaian yang berwarna merah.
- Begitupun
dengan bentuk baju-baju khas orang Maluku, terkesan begitu longgar dibadan,
karena hakekatnya telah tertanam nilai-nilai dasar dari karakter orang Maluku
yang spontan dalam berperilaku, agresif, kekar, keras, dan
responsif, sehingga membutuhkan bentuk desain baju yang harusnya lebih besar
dari bentuk badan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari baju khusus pergi
pasar, yaitu baju cele tradisional, yang bermotif kotak-kotak, dan
bentuknya lebih besar dari bentuk badan orang perempuan pada umumnya.
- Atau ada
yang berbeda antara baju “Kebaya Dangsa” dengan “Tumiang”;
artinya Kabaya Dangsa seperti blazer dari bagian luar busana ini, dan
baju dalamnya yaitu Baniang berwarna putih yang memakai kancing baju dari uang
logam atau dari butiran mutiara, sebagai salah satu pakaian pesta yang tentu
pula berbeda sekali bentuknya dengan Baju Tumiang. Dikarenakan baju Tumiang
hampir mirip dengan Kebaya Dangsa, tetapi pada busana dalamnya itu memakai
renda-renda. Sehingga baju Tumiang ini, diakui oleh generasi terdahulu berasal
dari budaya orang Sulawesi yang turut berpengaruh pada cara berpakaian budaya
orang Maluku pada umumnya.(anc)